Translate

Senin, 26 November 2012

SULITKAH MENERIMA KENYATAAN

SULITKAH MENERIMA KENYATAAN

Na hi pāpaṁ kataṁ kammaṁ, sajju khῑraṁ’va muccati.
Dahantaṁ bālamanveti, bhasmacchano’va pāvako.
Akibat dari perbuatan buruk tidak segera berbuah, seperti susu yang perlahan-lahan menjadi asam setelah diperah. Demikian pula, penderitaan akan membakar orang bodoh
seperti bara api yang tertutup oleh abu. 
Dalam kehidupan ini tidak semua kenyataan dapat kita terima dengan mudah. Karena dalam kehidupan kita, ada dua kenyataan yang akan kita terima/rasakan, yaitu: kenyataan yang sesuai dengan harapan kita dan kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan kita. Dari dua hal ini, kita akan lebih mudah untuk menerima kenyataan yang sesuai dengan harapan kita, daripada kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan kita. Sebagai akibatnya, ketika kita tidak mampu menerima kenyataan yang tidak sesuai harapan kita,  kita akan menjadi menderita.
Sesungguhnya kita semua memahami bahwa ketika kita tidak mampu menerima kenyataan, yang tidak sesuai dengan harapan, kita akan menjadi menderita, tetapi “mengapa kita masih sulit menerima kenyataan ini?” padahal jelas-jelas hal ini menimbulkan derita. Inilah yang disebut dengan ketidak-tahuan/kebodohan batin kita. Karena ketidaktahuan, maka kita masih terbelenggu oleh konsep "EGO/AKU" dan ketidaktahuan juga membuat kita sulit lepas dari cengkraman keinginan tanpa batas2 dalam kenyataan (taṇhā). Dari konsep Ego/Aku dan keinginan tanpa batas2 dalam kenyataan (taṇhā) inilah, yang menjadi penyebab kita sulit untuk menerima kenyataan yang tidak diharapkan dan akan banyak masalah serta musibah yang sebenarnya telah menimpa.

1.    Konsep Ego/Aku
Dalam diri kita, konsep ego/aku yang telah tertanam dan mengakar kuat menjadikan kita sulit untuk menerima kenyataan. Karena ketika ada konsep ego/aku, kita akan seperti konsep ini “bisakah kita menerima kenyataan ini?” Tentu tidak mudah. Inilah yang dimaksud selama ada konsep ego/aku, maka kita sulit menerima kenyataan yang tidak diharapkan.

2.    Keinginan tanpa batas2 dalam kenyataan (taṇhā)
Selain konsep ego/aku, keinginan juga menjadikan kita sulit untuk menerima kenyataan, karena nafsu keinginan selalu mengarahkan untuk mencari kesenangan sendiri saja. Dari kebiasaan yang selalu ingin menuruti kesenangan menimbulkan kecenderungan untuk sulit menerima yang tidak menyenangkan. Seperti hal seseorang yang menginginkan jodohnya tampan dan sifatnya sesuai dengan keinginannya, ternyata setelah bertemu jodohnya sangat jelek dan tidak sesuai dengan harapannya, tentu akan tidak mudah untuk menerima kenyataan ini dan memilih pria lain, sehingga secara tidak langsung menentang takdir serta menimbulkan adanya banyak karma dan musibah.
Hanya orang bodoh saja yang tidak dapat menerima kenyataan.

Agar kita dapat menerima kenyataan yang tidak diharapkan, tentu dengan membebaskan diri dari konsep Aku dan juga membebaskan diri dari cengkraman nafsu keinginan. Karena ketika kita sudah membebaskan diri dari konsep aku dan nafsu keinginan, kita dapat menerima kenyataan sebagai mana adanya dan tidak lagi memihak antara yang diharapkan dan yang tidak diharapkan, sehingga hidup dapat tenang serta tanpa ada masalah dan musibah yang terjadi.

Semoga dengan kita memahami ini kita dapat menerima segala kenyataan sebagai mana adanya, sehingga kita tidak lagi menderita, dan akhirnya kita bisa hidup bahagia.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia tanpa menantang kenyataan dan karma.

(copas)